PURA TIRTA SUDHAMALA BANYUASRI BULELENG BALI
Pura tirta sudhamala tepatnya berada di desa pekraman banyuasri,buleleng,singaraja bali.
Lokasinya tidak terlalu jauh dari jalan raya utama jendral sudirman,berjarak sekitar 60m melalui sebuah akses jalan pengerasan / paving (gang VII) yang cukup lebar -+2,5m.
Selain kendaraan roda dua,sebenarnya gang ini juga dapat dilalui kendaraan roda empat ukuran sedang.Namun mengingat jalan ini adalah akses pemukiman setempat,bagi pengunjung/pemedek yang akan “TANGKIL”ke Pura Tirta Sudhamala,khususnya yang berkendaraan roda empat disarankan untuk memarkir kendaraannya di jalan raya utama (menghindari macet)
Luas areal suci pura 700m2 yang terbagi menjadi tri mandala yakni
Jaba Pura (tempat parkiran/kegiatan umum)
Jaba Tengah / Jeroan (tempat persembahyangan dan stana /pelinggih “DEWA TAKSU MANIK GENI”)yang memiliki 5 pemedal dimana 1buah diantaranya berupa kori yang berada disisi sebelah barat sebagai akses menuju areal utama “PANCURAN TIRTA SUDHAMALA”
Areal terakhir yang merupakan Mandala Utama adalah areal pelinggih/stana “IDA BATHARA DEWA AYU MANIK SUDHAMALA”dan Pancuran Sudhamala sendiri yang berada tepat disisi barat.
Sebagai Penghubung Pura yang dipisahkan oleh aliran sungai Banyumala telah dibuatkan jalan beton yg cukup kokoh sebagai akses utama untuk melakukan ritual palukatan atau untuk nunas tirta,dll.
Diareal ini,sumber mata air suci yang dulunya berupan pancoran biasa kini sudah berupa pancuran berwujud seekor naga sebagaimana diyakini merupakan manifestasi dari ancangan/tunggangan IDA BHATARA DEWA AYU MANIK SUDHAMALA,yang lebih dikenal dengan sebutan NAGA BASUKI.Sementara sebagai penjaga/pengawalnya dimanifestasikan dalam bentuk dua ekor MACAN.
Lokasinya tidak terlalu jauh dari jalan raya utama jendral sudirman,berjarak sekitar 60m melalui sebuah akses jalan pengerasan / paving (gang VII) yang cukup lebar -+2,5m.
Selain kendaraan roda dua,sebenarnya gang ini juga dapat dilalui kendaraan roda empat ukuran sedang.Namun mengingat jalan ini adalah akses pemukiman setempat,bagi pengunjung/pemedek yang akan “TANGKIL”ke Pura Tirta Sudhamala,khususnya yang berkendaraan roda empat disarankan untuk memarkir kendaraannya di jalan raya utama (menghindari macet)
Luas areal suci pura 700m2 yang terbagi menjadi tri mandala yakni
Jaba Pura (tempat parkiran/kegiatan umum)
Jaba Tengah / Jeroan (tempat persembahyangan dan stana /pelinggih “DEWA TAKSU MANIK GENI”)yang memiliki 5 pemedal dimana 1buah diantaranya berupa kori yang berada disisi sebelah barat sebagai akses menuju areal utama “PANCURAN TIRTA SUDHAMALA”
Areal terakhir yang merupakan Mandala Utama adalah areal pelinggih/stana “IDA BATHARA DEWA AYU MANIK SUDHAMALA”dan Pancuran Sudhamala sendiri yang berada tepat disisi barat.
Sebagai Penghubung Pura yang dipisahkan oleh aliran sungai Banyumala telah dibuatkan jalan beton yg cukup kokoh sebagai akses utama untuk melakukan ritual palukatan atau untuk nunas tirta,dll.
Diareal ini,sumber mata air suci yang dulunya berupan pancoran biasa kini sudah berupa pancuran berwujud seekor naga sebagaimana diyakini merupakan manifestasi dari ancangan/tunggangan IDA BHATARA DEWA AYU MANIK SUDHAMALA,yang lebih dikenal dengan sebutan NAGA BASUKI.Sementara sebagai penjaga/pengawalnya dimanifestasikan dalam bentuk dua ekor MACAN.
SEJARAH PANCURAN
Sejarah mencatat pada zaman panji sakti sungai banyumala kala itu kerap dijadikan sebagai benteng perbatasan dari kerajaan buleleng.Pada zaman itu juga tercatat beberapa kali terjadi peristiwa peperangan antar wilayah di perbatasan sungai banyumala tersebut,diantaranya sambangan dengan bangkang,bangkang dengan bangah,dan perang antara bangkang dan banyumala.Dalam peperangan tidak sedikit penduduk dari masing masing wilayah yang gugur,yang kemudian dibiarkan/dibuang begitu saja ke sungai banyumala.Fakta ini secara tidak disadari berdampak terhadap para penggembala sapi/kerbau yang kala itu biasanya memandikan dan memberi sapi sapi mereka minum di tukad banyumala ini,banyak yang mati akibat tercemarnya air sungai yang bersumber dari bangkai / mayat mayat manusia yang telah membusuk yang mencemari hampir sepanjang aliran air di tukad banyumala.
Pada suatu ketika diceritakan adanya peristiwa yang maha penting di desa Banyumala(tukad banyumala)yaitu terjadi sebuah ledakan yang cukup besar yang terdengar hingga mencapai radius 500m.Beberapa saat setelah ledakan tersebut penduduk setempat mendatangi sumber ledakan dan menemukan sebuah sumber air yang memancur deras di tempat terjadinya ledakan.Setelah ditelisik lebih jauh ternyata semburan air tersebut keluar dari sebuah goa yang cukup besar.Pada saat itu juga salah satu penduduk mengalami kesurupan dan menyebutkan bahwa goa tersebut tembus hingga ke pura segara banyumala,serta menyakinkan penduduk bahwa semburan air tersebut merupakan air suci yang dapat digunakan untuk membersihkan Tukad banyumala yang kotor dan mengandung racun(mala).Atas petunjuknya disuruhlah para pengembala sapi untuk memberi minum sapi sapinya di tukad tersebut setelah sebelumnya beberapa penduduk diperintahkan untuk mengambil dan menuangkan air dari pancoran ke hulu tukad banyumala didesa jembong.
Dan betul saja setelah meminum air dari tukad itu,sapi yang dulunya sakit menjadi sehat kembali,demikian juga seketika racun yang terkandung disepanjang aliran tukad banyumala sirna,jernih dan bersih kembali.Mengingat kejadian tersebut maka sejak saat itu penduduk banyumala mulai banyak yang mengambil air dari pancuran tersebut selain untuk kebutuhan minum juga diyakini berkhasiat untuk kesembuhan dari segala macam penyakit.
Pada tahun 2007 masyarakat desa Banyuasri memugar pancuran tersebut untuk selanjutnya dibuatkan / dibangun pelinggih atau tempat suci (Pura Khayangan Jagat /Desa) yang kini dikenal dengan Pura Tirta Sudhamala yang secara harfiah berarti tempt yang disucikan yang mengandung sumber air yang maha bersih yang dapat menghilangkan segala sesuatu yang kotor.Adapun yang berstana di Pura Tirta Sudhamala adalah DEWA AYU MANIK SUDHAMALA dengan taksunya yakni DEWA TAKSU MANIK GENI.
Sebutan pura tirta sudhamala sejatinya berawal dari keinginan krama desa banyuasri untuk menata keberadaan sumber air yang dulu lebih dikenal dengan pancoran tukad banyumala.
Saat krama desa NGATURNG PIYUNING terkait rencana penataan tersebut,tiba tiba salah seorang krama presutri mengalami kerauhan dan ternyata yang rauh saat itu adalah IDA PETAPAKAN yang bernama DEWA AYU MANIK SUDHAMALA.
Beliau selanjutnya memberi petunjuk agar kelak setelah bangunan pura rampung dibangun agar diberi nama PURA TIRTA SUDHAMALA.
Disebutkan juga bahwa pura tersebut memiliki aura yang sangat pingit dengan sumber air pancoran yang merupakan air suci yang kelak mampu memberikan panugerahan khususnya melalui ritual penglukatan,sehingga sangat wajar apabila hingga kini pura tirta sudhamala lebih dikenal sebagai pura khayangan desa/jagat untuk tujuan/keperluan pembersihan diri,kesembuhan atau kesehatan melalui proses/upacara MELUKAT.
Saat krama desa NGATURNG PIYUNING terkait rencana penataan tersebut,tiba tiba salah seorang krama presutri mengalami kerauhan dan ternyata yang rauh saat itu adalah IDA PETAPAKAN yang bernama DEWA AYU MANIK SUDHAMALA.
Beliau selanjutnya memberi petunjuk agar kelak setelah bangunan pura rampung dibangun agar diberi nama PURA TIRTA SUDHAMALA.
Disebutkan juga bahwa pura tersebut memiliki aura yang sangat pingit dengan sumber air pancoran yang merupakan air suci yang kelak mampu memberikan panugerahan khususnya melalui ritual penglukatan,sehingga sangat wajar apabila hingga kini pura tirta sudhamala lebih dikenal sebagai pura khayangan desa/jagat untuk tujuan/keperluan pembersihan diri,kesembuhan atau kesehatan melalui proses/upacara MELUKAT.
Melanjutkan rekam jejak pura sudhamala,untuk sarana utama yg perlu dipersiapkan sebelum melakukan ritual melukat di pura tirta sudhamala adalah haturan banten PERAS PEJATI JANGKEP (Tegteg daksina,canang sari,banten peras,canang ajegan,tipat gong,tipat kelanan,segehan putih kuning,pancawarna,banyuawang) meskipun tidak ada larangan menghaturkan sarana yg paling sederhana sekalipun yaitu canang sari dan beras jinah,Berikutnya disiapkan bunga/kembang BIKAS SOLAS +TUNJUNG.
PIODALAN & DEWASA AYU
Sebagaimana halnya keberadaan parhyangan umumnya,pura tirta sudhamala juga memiliki tegak piodalan yg jatuh setiap rahina ANGGAR KASIH/KLIWON PRANGBAKAT yang biasnya dilaksanakan selama 3 hari.
Sebagaimana halnya keberadaan parhyangan umumnya,pura tirta sudhamala juga memiliki tegak piodalan yg jatuh setiap rahina ANGGAR KASIH/KLIWON PRANGBAKAT yang biasnya dilaksanakan selama 3 hari.
Air atau Tirta Sudhamala sejatinya tidak hanya dikenal sebagai tirta penglukatan,karwna kesuciannya pula air/tirta sudhamala ini juga menjadi salah satu sumber air suci yg umum digunakan oleh krama hindu sekitar untuk keperluan dimasing masing parhyangan atau pemerajannya.Bahkan manakala ada kegiatan upacara pitra yadnya (ngaben) salah satunya mewjibkan prosesi ritual berupa MANAH TOYA atau NUNAS TIRTA ADU MUKA.
Testimoni
Pemedek Pura Tirt Sudhmala pada kenyataannya berasal dari berbagai wilayah ,lapisan,komponen masyarakat yg beragam.
Banyak dari mereka yang telah memperoleh penganugerahan (kesembuhan,kesuksesan,berjodoh)
Mereka kerap datang kembali meski hanya sekedar melaksnakan sembah bhakti (maturan suksma) ataupun untuk menghaturkan dana punia sebagai tanda syukur;naur sangi)sekaligus tanda keyakinan terhadap tuah suci tirta pelukatan sudhamala.
Pemedek Pura Tirt Sudhmala pada kenyataannya berasal dari berbagai wilayah ,lapisan,komponen masyarakat yg beragam.
Banyak dari mereka yang telah memperoleh penganugerahan (kesembuhan,kesuksesan,berjodoh)
Mereka kerap datang kembali meski hanya sekedar melaksnakan sembah bhakti (maturan suksma) ataupun untuk menghaturkan dana punia sebagai tanda syukur;naur sangi)sekaligus tanda keyakinan terhadap tuah suci tirta pelukatan sudhamala.
“Pernah ada seorang pemangku tangkil tanpa mohon ijin nganteb penghaturan keluarganya yg berniat melukat,namun tak lama kemudian beliau terbangun dan lari ketakutan manakala melihat mahluk halus yg tiba tiba tampak dihadapannya.”
“Suatu ketika ada orang yg lupa ingatan datang/bingung datang dan seketika sembuh setelah mendapat tirta pelukatan sudhamala”
“Seorang pemedek mengalami sakit karena guna guna datang mohon tirta pelukatan tiba tiba ia mengalami kerawuhan dan segera setelah mendapat percikan tirta sudhamala roh halus yg merasukinya memohon maaf dan seketika pemedek tersebut tersadar serta sembih dan terbebas dari sakit guna guna yg dialaminya.”
Bentuk permohonan /motif tujuan pemedek yg kerap dijumpai selain sembah bhakti nunas kerahayuan lan kerahajengan adalah mohon panugerahan agar segera diberi keturunan/anak.
Sebagian beaar diantarnya merupakan pasangan suami istri yg sudah berumah tangga bertahun tahun dan secara medis tak jarang telah divonis tidak akan / tidak mungkin memiliki keturunan.Dan karena keyakinannya begitu kuatdan setelah melakukan beberapa kali prosesi palukatan akhirnya apa yg selama ini menjadi harapan dan dambaan mereka seketika terkabulkan dengan kehadiran usia kandunganhingga kelahiran anak yg normal,sehat lahir dan batin.
Sebagian beaar diantarnya merupakan pasangan suami istri yg sudah berumah tangga bertahun tahun dan secara medis tak jarang telah divonis tidak akan / tidak mungkin memiliki keturunan.Dan karena keyakinannya begitu kuatdan setelah melakukan beberapa kali prosesi palukatan akhirnya apa yg selama ini menjadi harapan dan dambaan mereka seketika terkabulkan dengan kehadiran usia kandunganhingga kelahiran anak yg normal,sehat lahir dan batin.
Semoga catatan kecil ini dapat memberikan tambahan wawasan tentang pura tirta sudhamala****
Rahayu sareng sami..
Om Shantih..Shantih..Shantih..Om..
Rahayu sareng sami..
Om Shantih..Shantih..Shantih..Om..